Untuk Perempuan yang melintas tiap Kamis(4)
Kita
tidak pernah benar-benar tau, kapan kita sampai pada tujuan yang kita harapkan.
Memang, kita tidak punya kewajiban untuk menjawab itu, kalau kata teman
seperjalanan saya dulu, "percayakanlah pada sang waktu, dia tak akan
membohongimu."
Terataiku,
Aku
sudah bisa meredamnya. Setidaknya selama beberapa bulan, tidak ada lagi rasa
yang terlalu. Ya, semua baik-baik saja, hingga suatu waktu, ketika kami sedang
makan bersama, aku mendengar becandaan tentangmu. Dan tentu saya tidak pernah
ada niatan untuk merespon apapun apalagi bertingkah kepo yang mencurigakan. Aku
sadar, aku golongan muda disini. Tidak etis.
Singkat
cerita, aku tau, kalau seseorang juga menyintaimu. Aku tetap berusaha tenang
dan tidak bertingkah aneh, walau aku tidak tau lagi, seberapa amburadul
perasaanku waktu itu. Hendak marah, tidak tau pada siapa, mau sambat, tapi
sungkan, laki-laki kok sambat, heuheuhe.
Yang
jelas, oksigen terasa menipis, dada semakin sesak, dan aku merasa sendiri.
Tidak ada jalan lain, selain mengadu pada yang memilikimu. Setidaknya itu
memanjangkan dan melegakan nafasku.
Sejatinya,
bukan karena aku takut besaing, teratiku. Hanya saja ada cerita masalalu yang
membuatku deja vu. Aku akan menyeritakan di bagian-bagian selanjutnya. Selamat
menunggu. Heuheu.
Komentar
Posting Komentar