Untuk Gadis yang Melintas tiap Kamis (2)


BismillahRR

Sudah pukul 2 dini hari, sudah tidak relevan untuk menyapamu dengan selamat malam. Mungkin kamu sudah bangun malam ini, sedang aku belum sedikitpun tidur. Tapi, konon udara pagi hari itu, khususnya dini hari masih sangat fresh, sehingga sangat baik untuk disuplai ke otak. Jadi kalo kata mak'e dulu, kalau mau belajar atau meghafal itu baiknya dilakukan pagi hari, biar lebih merasuk, tapi betul atau tidaknya ya, wallohu a'lamu bissowab. Heuheu. Tapi saya selalu percaya nasihat seorang ibu kepada anaknya.

Oh iya, saya mau melanjutkan cerita yang kemarin, tentang hari-hari berat yang menyenangkan. Semoga kau tidak bosan. Setelah perjumpaan petang itu, ada semacam teror yang menyerang mataku, dalam kondisi yang parah, terkadang saya jadi sulit tidur, hehe. Tapi, saya tidak lantas menghakimi itu sebagai rasa suka, mungkin hanya sekadar ketertarikan. Toh dalam peejumpaan-perjumpaan selanjutnya, saya dan kamu biasa-biasa saja. Just like another person.

Namun, terkaan saya tampaknya salah, teror itu langgeng berlanjut d bulan-bulan selanjutnya, hingga sekarang. Tampaknya ada rasa yang lebih. Saya mulai menydari itu sekitar setahun yang lalu, but, saya pikir perjalanan masih sangat panjang. Untuk mengungkapkan rasa itu, di umur yang sedini ini, saya rasa itu bukan pilihan yang tepat. Itu pikiran saya setahun yang lalu.

Eh, kalau kamu ada piket masak pagi ini, mending di skip dulu deh, masak dulu saja, atau nderes dulu saja, karena kedua kegitan itu lebih penting dari pada membaca tulisanku ini. Tulisanku bisa di baca kapan saja kok, carilah waktu senggang, yang tidak memberatkan pikiranmu, heuheu. Tapi jika kamu melewatkan waktu menderasmu, itu namanya kecerobohan, heuheuheu.

Emm, Kalau sekarang tanggal 1 Januari, berarti satu setengah bulan lagi saya tepat berumur 22 tahun. Saya gak tau umur kamu berapa, 19? 20? Atau jangan-jangan sudah 25 tahun? Hahaha. Apalah artinya umur, jika hanya untuk dihitung dan dirayakan. Apa yang perlu dirayakan dari berkurangnya waktu hidup? Tapi ya gatau juga sih, mereka-mereka yang merayakan ulang tahun mungkin adalah orang-orang yang mematuhi dawuh Alloh, bahwa sesiapa yang mensyukuri nikmatnya, maka akan ditambah-tambah pula nikmatnya, jadi mereka merayakan hidupnya yang kesekian tahun, sebagai rasa syukur, mungkin seperti itu. Heuheu. Ya, Begitulah cara kita berkhusnudzzon kepada orang lain. Selalu ada jalan untuk berpikir positif.

Toh, saya pernah dengar nasihat teman seperjalanan dalam sebuah bis yang sesak, bahwa hidup itu bukan lomba lari, siapa yang sampai finis duluan ia yang terbaik, bukan seperti itu. Hidup tidak sesedernaha dan sesempit itu. Setiap orang punya jalurnya masing-masing untuk sampai finish. Kecepatan dan rute yang ditempuh tidak menjamin kualitas seseorang. Ya, Semoga kita bisa sampai garis finish dengan kecepatan kita masing-masing.
Tampaknya pikiran saya sudah mulai oleng, nulisnya sudah mleber ke mana-mana, heuheu. Oke, cukup sampai sini, untuk bagian kali ini. semoga mimpimu tetap indah dan damai, dan biarkan aku menulismu, seperti esei yang tak  pernah usai.

Komentar