Ampun
Wahai puan, sudikah kiranya
kauberiku waktu
Untuk sekadar menumpas rindu.
Jangan sering-sering datang,
puan.
Kantungku penuh peluh rindu tak
keruan.
Kini waktu berjalan pelan
Sehari rasa sebulan
Bagaimana dengan seminggu, dan
setahun?
Puan, pohon-pohon itu kini kian
rimbun.
Iya, pohon yang kau tanam
pada sejengkal tanah yang
berdetak
Sepanjang detik itu...
Pohon yang tak perlu kusiram
Untuk tetap hidup dan tumbuh.
Ia hanya butuh kerling dan
sebaris mantra
Untuk memekarkan bunga-bunga...
Masih ingatkah kau, puan?
Komentar
Posting Komentar