Elegi Kemarau

pxhere.com


Aku mengendus sejengkal demi sejengkal
tanah gersang dan rerumputan kering
mengintip ruang kedap cahaya
dibalik celah bongkah tanah.

ada seorang ibu menangis terisak
anak-anak mentil air mata dan peluhnya
si bapak teriak-teriak
gelasnya hanya berisi bubuk kopi

Ruang makan lebih panas dari tungku api
meja terbakar, kursi terbakar, segalanya hambar
pernah ada mata air memancar dari sela batu
kini batu-batu terlempar sebab air mata

aku berguling ke kiri dan ke kanan
hanya ku temu rindang kegersangan

Ya Alloh, Jangan KAU buat kami merasa kehilangan.


Tikung, Diklatsar, November 2019.

Komentar