Untuk Gadis yang Melintas tiap Kamis. (1)

BismillahRR

Hai! Jika kamu sekarang membaca surat ini, ketahuilah bahwa ini mungkin akan menjadi sedikit bagian dari surat yang kutulis untukmu. Aku terinspirasi untuk tidak menjadikannya surat tunggal, namun semacam surat berantai, semoga kau suka membaca, jika tidak suka, pura-puralah suka, heuheuheu. Eh, kamu gak suka pura-pura ya?

Sebelumnya surat ini kutulis lewat tengah malam, waktu di mana aku biasa memasrahkan hidup dan matiku kepada Sang Mahahidup. Jadi ku awali dengan cerita dulu saja ya, antisipasi jika kamu membacanya sewaktu hendak tidur, kan lumayan bisa jadi semacam dongeng, atau janga-jangan kamu membacanya pas ngelilir? Hahaha. Nggak apa-apa lah, terserah kamu, yang penting kalau ngelilir jangan lupa solat, heuheuheu.

Aku sudah lupa kapan pertama kali aku bertemu denganmu, mungkin 2 tahun yang lalu, atau satu setengah tahun yang lalu? haha, aku benar-benar lupa. Seingatku pertama kita bertemu itu pas matahari sudah pulang, ganti shift, shift malam waktunya bulan bekerja, heuheu.

Waktu itu malam masih agak dini, dan kamu masih memakai mukena putihmu, habis setoran tampaknya, sedang aku pakai kaus lusuh penuh keringat. Belum selesai aku mengangkut galon ke depan kamarmu, ibu memanggilku, isyarat untuk satu galon ditinggal dan di masukkan ke ruangan bawah, dan kamu yang menyambutnya, ingat kan? semoga kamu gak ingat. hehe, tampaknya tanpa sadar ada eye contact waktu itu, heuheu. dan itulah awal dari hari-hari yang berat namun menyenangkan.

Eh, ceritanya membosankan gak? Maaf ya, saya masih belajar menulis dengan baik dan benar. Heuheu. Kalau ada kritik dan saran bisa langsung inbox deh, gak papa kok, ingat ini sudah bukan Orde Baru, jadi jangan takut untuk bersuara.

Tak lanjut ya, kamu jangan tidur dulu, jadi semenjak hari itu, timbullah banyak pertanyaan di pikiran ku, tentang hal-hal yang sederhana, misalnya, siapa namamu? dari mana? dan tentu anaknya siapa, kok bisa-bisanya meneror mataku. heuheuheu.

Tapi sayangnya aku bukanlah lelaki yang mudah bertanya kesana-kemari, saya cukup menjaga kondisi dan perasaan manusia di sekitar. Saya lebih suka menggali informasi lewat jalur senyap.

Dan akhirnya saya memeroleh sedikit informasi tentang kamu, ya, sedikit,  dan begitu juga mungkin hingga sekarang. Tetapi memang aku tidak ingin buru-buru mengenal banyak tentangmu, nanti tidak ada tantangan nya.

Bulan-bulan itu, aku belum terlalu aktif menulis puisi, aku lebih suka membacanya. Bukan hanya puisi sih, ada essei dan cerpen juga. Yang jelas aku suka menghabiskan malam dan hujan untuk menghayati sajak-sajak yang ditulis Gus Candra Malik, mbah Sujiwo Tejo, dan yang lainnya, serta puisi paling paripurna karya TuHanku dan juga TuHanmu. Ya, meskipun grotal-gratul, setidaknya aku bisa lebih tenang, dan mataku bisa istirahat sejenak, dari terormu. :)

Hufft..., sudah jam 1 malam. Waktunya aku memenuhi hak ragaku. Kalau kamu sudah membaca sampai sini, terimakasih banyak. Semoga kamu tertarik membaya bagian-bagian yang seterusnya.

Komentar