Yang Prinsip Harus Dipertahankan.









Di jaman yang semakin edan, nafsu manusia terus berpacu dengan akal sehatnya guna memeroleh apa yang diinginkan. Segala upaya digalakkan, keringat diperas, akal pikiran dibuat mbeluk, berpikir keras agar tercapai segala hajatnya. 

Terkadang ada manusia yang rela kehilangan kepalanya guna memeroleh mahkota yang tidak seberapa pentingnya. Akhirnya ia bingung sendiri, punya mahkota tapi mau ditaruh di mana? Lha wong Kepalanya sudah tidak ada. 

Padahal hidup akan tetap berjalan biasa-biasa saja tanpa mahkota yang bertengger di kepala. Justru akan menjadi aneh bahkan serem kalau manusia hidup tanpa kepala, tapi dengan bangganya ngalor ngidul sambil nenteng mahkota. Bisa-bisa gak ada manusia yang mau menemuinya. Eh, mungkin ada juga sih, tapi cuma buat nyolong mahkotanya itu, hehehe. 

Ya, pokoknya begitulah, intinya dalam menghadapi kehidupan jangan sampai kita korbankan sesuatu yang sangat prinsip dalam hidup kita, hanya untuk menuruti nafsu yang mungkin tidak begitu perlu sebenarnya. 
Contoh yang paling sederhana adalah nafsu yang berupa kebencian, baik itu terhadap sesuatu atau bahkan mungkin terhadap seseorang. Diakui atau tidak, dalam setiap hati pasti memilik rasa benci. Karena benci adalah pasangan dari rasa cinta, keduanya tidak jauh berbeda. Mungkin yang membedakan adalah, kita lebih suka mengungkapkan rasa cinta dari pada mengakui kebencian yang membakar hati kita. Tapi pada dasarnya sama, keduanya sama-sama bisa membutakan hati. 

Dalam sebuah hadis pernah diriwayatkan, yang kurang lebih intinyacintailah apa pun sesukamu, tapi sadarlah, kelak kau pasti akan berpisah.” hadis ini juga bisa kita terapkan dalam konteks kebencian, menjadibencilah apa pun semaumu, tapi sadarlah, sejatinya kau adalah satu kesatuan.” 

Hidup bersama dalam sebuah wadah yang dinamai “Indonesia”, yang memiliki beragam suku, agama dan budaya adalah sebuah takdir yang tentu tidak sembarangan Alloh berikan kepada kita. Sebagaimana kita tau, bahwa semua ketetapan Alloh sudah pasti terukur, hanya saja nafsu kitalah yang membuatnya terasa tidak cocok.  

Dari situ sebenarnya kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa sejatinya kita mampu hidup berdampingan dengan segala keragaman yang ada, dan seharusnya kita tidak terpecah belah hanya karena beda suku, budaya, dan TuHan, apalagi karena berbeda pemikiran. Jikalau tumbuh bibit-bibit kebencian, karena ada suatu hal yang berbeda dan bertentangan dengan yang kita yakini, tidak seharusnya kita permasalahkan, karena yang namanya beragam itu ya tidak seragam, asal tidak saling mengganggu satu sama lain, apa yang perlu dipermasalahkan? 

Tumbuhnya kebencian atas perilaku seseorang yang mungkin di mata kita menyimpang, adalah lumrah, namun kita harus sadar begitulah cara Alloh menguji kita, apakah kita akan mengedepankan ego, dengan menolaknya secara frontal dan brutal. Atau kembali kepada prinsip dasar ajaran kanjeng Nabi saw. Yang rohmatan lil alamindengan melakukan dialog-dialog yang baik dan atau mungkin menyikapinya sebagai warna-warni dari sebuah kehidupan yang harmoni. 

Karena itulah kawanku, marilah kita tidak mengorbankan prinsip dasar dalam beragama, hanya karena menuruti nafsu yang menggebu-gebu, yang seharusnya tidak perlu untuk dilakukan. Ketahuilah segala cara yang diambil atas dasar nafsu pasti mendatangkan madhorot, dan ketahuilah, tiada kehormatan bagi sesiapa yang menjadi budak nafsunya sendiri, mungkin kita akan memeroleh mahkota yang diharapkan, tapi kita akan kehilangan kepala yang seharusnya menjadi salah satu inti dalam kehidupan. Akhirnya, mahkota pun tidak ada gunanya, tidak akan menambah kehormatan kita di masyarakat, apalagi di sisi Alloh 

Komentar